Tembang Pekeleng Pati
Eleng-eleng siro menungso, ilingono sholat ngaji
mumpung durung ketekanan malaikat juru pati
Panggilane Kang Moho Kuoso, gelem ora bakal digowo
diturokno ndek padusan, diadusi banyu kembang
disalini sandhangan putih, yen wes budhal ora biso muleh
tumpakane kereto dowo, rudo papat rupo menungso
ditutupi anjang-anjang, diuruki di siram kembang
wong omahe gak ono lawange, turu miring g ono rewange
tonggo-tonggo podho sambang, tangisane koyok wong nembang
wong sholate arang-arang, iku tondo imane kurang
Arti Bahasa Indonesia :
Ingat-ingatlah wahai manusia, ingatlah sholat dan ngaji
selagi belum kedatangan malaikat pencabut nyawa
Panggilan Yang Maha Kuasa, mau tidak mau bakal dibawa
ditidurkan di padusan(tempat memandikan jenazah), dimandikan air kembang
dipakaikan pakaian putih, kalau sudah berangkat tidak bisa kembali
dinaikkan kereta panjang, roda empat berupa manusia
ditutupi anjang-anjang(atau tlisik dalam bahasa jawa, yaitu kayu untuk menutupi jenazah), dikubur disiram kembang
rumahnya tidak berpintu, tidur miring tidak ada yang menemani
tetangga-tetangga sama berdatangan, menangis seperti orang nembang(melantunkan lagu jawa)
orang sholatnya jarang-jarang, itu pertanda imannya kurang
The Secret Behind Sluku-Sluku Bathok
Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung mutho
Pak jenthit lolo lo bah
Yen mati ora obah
Yen obah medeni bocah
Yen urip golekko dhuwit
Seorang guru saya memberikan pencerahan siang itu. Pak Nunuk namanya. Hidup – katanya – tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja. Waktunya istirahat ya istirahat, untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi seimbang.
Lagu jaman Wali Songo menuturkan: Sluku-sluku bathok, bathok (kepala) kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya. Kalo diforsir terus bisa aus, stress, hang, macet daya pikirnya.
Bathoke ela-elo, dengan cara berdzikir (ela-elo = Laa Ilaaha Ilallah), mengingat Allah akan mengendurkan syaraf neuron di otak. Lalu Si Rama menyang Solo, siram (mandilah, bersuci) menyang (menuju) Solo (Sholat). Lalu bersuci dan dirikanlah sholat. Saya ingat ada kutipan berbunyi: Jadikanlah sholat itu istirahatmu. Lalu apa fadhilah sholat?
Oleh-olehe payung mutho, yang sholat akan mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah, Tuhan kita. Kalo Allah sudah melindungi, tak ada satupun di dunia ini yang kuasa menyakiti kita. tak satupun.
Pak jenthit lolo lo bah, kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. Sehingga saat kita hidup, kita harus senantiasa bersiap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati.
Yen obah medeni bocah. Saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang. Banyak ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengijinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharat-nya akan lebih besar.
Yen urip golekko dhuwit. Kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat masih hidup. Pengin kaya, pengin membantu orang lain, pengin membahagiakan orang tua: sekaranglah saatnya. Ketika uang dan harta benda masih bisa menyumbang bagi tegaknya agama Allah. Sebelum terlambat, sebelum segala pintu kesempatan tertutup.
source :
http://al4mien.multiply.com/music/item/1/Sluku-sluku_bathok
http://mybothsides.blogspot.com/2007/05/secret-behind-sluku-sluku-bathok.html
Solawat Munjiyyat
“Ya Allah, limpahkanlah sholawat atas Junjungan kami Nabi Muhammad, Sholawat yang dengan keberkatannya Engkau lepaskan kami dari segala huru hara dan bala bencana, dan (dengan keberkatannya) Engkau tunaikan bagi kami segala hajat, dan (dengan keberkatannya) Engkau sucikan kami dari segala kesalahan, dan (dengan keberkatannya) Engkau tinggikan kedudukan kami di sisiMu, dan (dengan keberkatannya) Engkau cukupkan kami dari segala kebajikan dalam hidup ini dan selepas kematian; dan juga (sholawat) ke atas ahli keluarga dan para sahabat baginda (Rasulullah SAW) dan salam sejahtera”.
Begitulah kira kira arti dari Shalawat Munjiyyah. Sebagian muslimin ada yang mengatakannya Shalawat Munjiah atau Munjiat. Diambil dari kata “Tunjina” atau “Tunajjina” yang berarti bermunajat atau memohon. Syaikhul Islam, Imam Ibnu Hajar al-Haitami rhm. dalam kitabnya “ad-Durrul Mandhuud fish Sholaati was salaami ‘ala Shoohibil Maqaamil Mahmuud” menukilkan asal mula dan kelebihan sholawat ini sebagai berikut:
.:: Ya Saiyidi Ya Rasulullah ::. Mutiara Qasidah Al-Imam Abdullah Bin Alawi Al-Haddad
يا سيدي يا رسول الله
يا سيدي يا رسولَ الله – يا من له الجَاهُ عند الله
إنّ الْمُسِيْئِيْنَ قدْ جَاءُوك – بالذّنْبِ يَسْتَغْفِرُونَ الله
يا سيّد الرُّسْل هَادِيْنـا – هَيـّا بِغَارة إِلَيْنا الآن
يا هِِمَّة السّادات الأقْطاَب- مَعَادِن الصِّدْقِ والسِّرّ
نَادِ المُهَاجِرصَفِيّ الله -ذاك ابْنُ عيسى أبَا السَّادات
ثُمّ المُقَدّم ولِيّ الله – غَوْث الوَرَى قُدْوَة القَادات
ثمّ الوَجِيْـه لِديْنِ الله – سَقّافَنا خَارِق الْعَادَات
والسّيّد الكامِل الأَوّاب – العَيْدرُوس مَظْهَر القُطْر
قُومُوا بِنا واكْشِفُوا عَنّا – يا سَاداتِي هذِه الأَسْوَ
وَاحْمواُ مَدِيْنَتْكُم الغَنَّا – مِنْ جُمْلةِ الشَّرّ والْبَلْوَى
Qasidah ini menceritakan tentang tawassul kepada Rasulullah SAW dan para salaf, di antara mereka: Ahmad bin Isa Al-Muhajir, Al-Faqih Al-Muqaddam, Abdurrahman Al-Saggaf, Abdullah Al-idrus untuk kita mendapat pengampunan dari Allah SWT dan di jauhkan dari segala kejahatan dan musibah